🎾 Cerita Rakyat Yang Berkaitan Dengan Bencana Alam Gempa Bumi

Denganperkembanggannya yang sangat pesat, pemanfaatan teknologi ini sudah tersebar secara menyeluruh di seluruh aspek kehidupan manusia. Di SD yang sudah saya lalui , yang dulu saat saya masih di bangku SD belum tersentuh dengan adanya Teknologi, kini sudah sama seperti dengan saat saya mmenempuh pendidikan di SMA hanya saja , siswanya belum Kita ingin memulai hal-hal yang berkaitan dengan ekosistem, satwa, flora, dan fauna,” kata Presiden. 28 kejadian dan gempa bumi 1. Total jumlah kejadian bencana sepanjang awal tahun Januari hingga minggu ketiga Februari 2020 berjumlah 455 kejadian. Sehubungan dengan fenomena alam terkait iklim dan cuaca, masyarakat diimbau untuk Kalimatinterpretasi adalah kalimat yang berisi pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis terhadap sesuatu. Teks tersebut teridiri atas dua paragraf. Paragraf pertama merupakan struktur pernyataan umum yang berisi mengenai pejelasan umum fenomena tanah longsor yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah yang berkaitan dengan Dengandemikian, adanya kerjasama antara arsitek, masyarakat, dan pemerintah, pengurangan resiko (mitigasi) terhadap bencana alam, khususnya gempa bumi dapat kita kurangi. Berikut ini strategi pengurangan resiko (mitigasi) gempa: (1) Tsunami (strateginya: mengetahui secara dini dengan alat deteksi dini tsunami sehingga bisa segera dihindari; Sekarangyang ada, adalah longsor dan bajir Gempa bumi dan tsunami. Kekeringan terjadi tiada henti Oh alamku yang lestari, ke manakah kamu pergi? 17. Renungan Alam. Manusia tidak juga sadar Bahwa alam sudah mulai pudar Karena ulah sang makhluk sempurna Alam pun kena dampaknya. Pabrik melepaskan gas berbahaya Manusia diam di atas kecerobohan AgamaKonghucu adalah agama yang baru saja diakui oleh pemerintah sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Selain percaya pada adanya Tuhan, masyarakat Indonesia juga percaya pada adanya makhluk halus dan alam gaib. Berkaitan dengan alam gaib, menurut C. Geertz, masyarakat di daerah Jawa sangat mempercayai adanya makhluk halus. Gempabumi dan tsunami mengerikan yang dialami Aceh belum lama ini hanyalah episode terakhir dari seluruh rangkaian peristiwa panjang dalam masa prasejarah dan sejarah. Di setiap daerah tentu ada cerita rakyat ataupun dongeng yang berkaitan dengan bencana alam seperti gempa bumi maupun gunung meletus, coba kamu cari dan tuliskan dalam Gempabumiini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Bencanaalam yang terjadi berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor, puting beliung, hingga gelombang pasang dan abrasi. Dari semua bencana tersebut ada 184 orang meninggal dunia, 9 orang menghilang dan 1.907.543 jiwa mengungsi, dan 2.777 orang mengalami luka-luka. 9zM1HXs. - Menjelang tengah malam tanggal 22 November 1815, gempa bumi besar mengguncang Bali hingga Nusa Tenggara. Pulau bergetar hebat. Terdengar suara menggelegar bak halilintar. Tanah-tanah longsor, gunung-gunung retak, bukit-bukit runtuh. Singaraja, pusat pemerintahan Kerajaan Buleleng yang terletak di pesisir Bali utara, terkubur remah-remah pegunungan yang ambruk. Tak lama berselang, gelombang ombak raksasa datang menerjang. Besaran gempa rupanya telah memicu tsunami. Desa-desa turut tersapu hingga ke laut. Lebih dari orang kehilangan nyawa, belum termasuk yang hilang terbawa air bah. Tidak sedikit pejabat penting Kerajaan Buleleng yang turut menjadi korban. Beruntung, sang raja, I Gusti Anglurah Gde Karang, terhindar dari memilukan itu termaktub dalam Babad Buleleng dan Babad Ratu Panji Sakti. Dua catatan kerajaan yang kerap digunakan untuk sandaran awal pengungkapan sejarah Bali ini mencatat dengan cukup rinci terjadinya musibah tanah longsor dan tsunami sebagai dampak susulan gempa memang akrab dengan bencana sejak dahulu kala, dan dibalas alam dengan anugerah yang melimpah-ruah. Dari ujung barat di Aceh, ke tengah di Jawa, Bali, juga jajaran Kepulauan Nusa Tenggara, hingga ke kawasan timur yang meliputi Sulawesi, Maluku, sampai Papua, pernah lokal masyarakat di berbagai wilayah Nusantara telah mengabadikan memori gempa bumi dan tsunami dari masa ke masa itu, yang terbalut dalam babad, naskah, syair, cerita rakyat, hingga kidung atau rupa hikayat lainnya. Menerjemahkan Geliat Alam Tradisi lokal masyarakat Bali mengenal mitologi Bedawangnala dalam menyikapi gejala alam, termasuk terjadinya gempa dan tsunami. Bedawangnala dimitoskan dalam wujud kura-kura raksasa yang bersemayam di dasar bumi dan menjadi perlambang dari magma di bawah gunung dalam mitos masyarakat lokal Bali, diikat oleh dua ekor naga bernama Anantabhoga dan Basuki. Anantabhoga melambangkan tanah, sedangkan Basuki merupakan simbol air. Disebutkan Zamidra dalam Makhluk Mitologi Sedunia 2012, jika Bedawangnala menggeliat dan memicu erupsi gunung berapi, Anantabhoga juga ikut bergerak hlm. 44. Inilah yang dipercaya menyebabkan gempa pergerakan Bedawangnala semakin aktif, giliran Basuki yang terusik dan turut bergerak pula. Maka, terjadilah gelombang air dari laut atau yang kemudian dikenal sebagai lokal Nusantara zaman dahulu memang memaknai alam secara simbolis. Gejala alam tidak jarang diterjemahkan sebagai penanda sesuatu, baik positif maupun negatif. Tak hanya berupa mitos, kepercayaan, atau bahkan dongeng, pemaknaan fenomena alam tidak jarang juga diabadikan dalam wujud babad, naskah kuno, syair, kidung, atau lainnya. Kendati begitu, tidak sepenuhnya bentuk kearifan lokal seperti itu dapat dipertanggungjawabkan perkara gempa bumi dan tsunami di Bali pada 1815, misalnya, terdapat perbedaan data yang tercatat dalam Babad Buleleng atau Babad Ratu Panji Sakti dengan hasil riset akademis. Dua babad itu menyebutkan lebih dari 10 ribu orang tewas akibat tragedi tersebut. Namun, laporan Sergei Leonidovich Soloviev dan Cham Nham Go bertajuk "Catalogue of Tsunami on the Western Shore of the Pasific Ocean" 1984 mengungkapkan korban jiwa tsunami berjumlah lokal terkadang juga digunakan sebagai legitimasi kekuasaan pada zaman raja-raja dulu. Sebagai contoh, gempa bumi pada 1256 Saka atau 1334 Masehi di Jawa Timur. Serat Pararaton mencatat, dikutip dari Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya 1979 karya Slamet Muljana, alam berguncang sesaat sebelum lahirnya Hayam Wuruk hlm. 133.Pararaton memaknai gempa bumi itu sebagai penanda perubahan, bahwa akan lahir seorang calon raja besar. Dan memang, Hayam Wuruk—bersama Mahapatih Gajah Mada—nantinya menjadi raja yang berhasil membawa Kerajaan Majapahit merengkuh kejayaan, bahkan sebagai imperium terbesar kala itu. Namun, kitab kuno kerap dijadikan alat legitimasi kekuasaan. Dituliskan Aminuddin Kasdi dalam Serat Pararaton Atawa Katuturanira Ken Arok Kajian Historis sebagai Sastra Sejarah 2008, Pararaton berfungsi untuk memberikan pengukuhan terhadap Dinasti Rajasa atau keturunan Ken Arok, termasuk Hayam Wuruk hlm. 30.Politisasi gejala alam yang tertulis dalam naskah lama juga pernah digunakan sebagai legitimasi oleh Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat melalui Babad Galuh. Penobatan Prabu Siliwangi pada 1482 dibarengi dengan terjadinya gempa bumi yang diklaim sebagai sambutan alam bahwa raja baru yang akan membawa kemajuan telah dijadikan legitimasi, sumber-sumber kuno semacam itu juga sangat diragukan validitasnya. Yakob Sumarjo dan Saini dalam Hermeneutika Sunda Simbol-simbol Babad Pakuan 2004 menyebutkan bahwa penulisan Babad Galuh, misalnya, hanya diperoleh dari bahan-bahan yang berupa mitos hlm. 125. Kearifan Lokal Bisa Rasional Cukup banyak gempa bumi atau tsunami di Nusantara pada masa silam yang tercatat dalam hikayat. Ada beberapa kearifan lokal yang justru memberikan panduan dengan lebih rasional terkait terjadinya bencana alam, termasuk gempa bumi atau Pangissengeng salah satunya. Naskah kuno dalam tradisi masyarakat Bugis ini membahas beberapa hal terkait gempa bumi yang sering melanda wilayah Sulawesi pada masa pesan positif yang terkandung dalam catatan lama itu tentang gempa. Gempa bumi, seperti dikutip dari buku Lontarak Pangissengeng Daerah Sulawesi Selatan 1991 karya Ahmad Yunus, terjadi karena tingkah laku manusia. Orang-orang besar para pemimpin bertikai, demikian pula orang banyak atau masyarakat luas hlm. 81.Di Palu, Sulawesi Tengah, yang baru saja diterpa gempa bumi diikuti tsunami dengan menelan korban ribuan jiwa, juga terdapat kearifan lokal yang rasional. Menurut Dody Hidayat dan kawan-kawan dalam Gempa Kumpulan Artikel Ilmu & Teknologi Majalah Tempo 2013, wilayah ini memang menjadi kawasan rawan gempa sejak dulu karena terletak di atas tumbukan tiga lempeng bumi. Ada satu desa di Kelurahan Talise, Palu Timur, Sulawesi Tengah, bernama Tanah Runtuh. Nama ini ternyata bukan dongeng belaka. Desa itu pernah benar-benar lebur dihantam gempa bumi dan tsunami pada masa silam, demikian dilaporkan Kompas 4/9/2012 dalam artikel “Hikayat Runtuhnya Tanah Runtuh”.Di Aceh, yang beberapa kali dilanda gempa bumi dan tsunami selama perjalanan panjang riwayatnya, bahkan tercipta kearifan lokal yang sangat bermanfaat melalui hikayat atau syair yang beberapa di antaranya memberikan semacam panduan bilamana terjadi bencana satunya adalah Syair Nandong yang dilafalkan turun-temurun sejak berabad-abad lalu. Syair ini di antaranya berbunyianga linon ne mali jika gempanya kuatuwek suruik sahuli disusul air yang surutmaheya mihawali fano me singa tenggi segeralah cari tempat yang lebih tinggiede smong kahanne itulah tsunami namanya Tercatat dalam sejarah, Aceh cukup sering diguncang gempa besar dan smong dapat diartikan sebagai tsunami meskipun makna sebenarnya lebih dari itu, termasuk pada era pemerintahan Sultan Iskandar Muda tahun 1621, kemudian 1907, 1964, serta 2004 lalu. Dari pengalaman itulah tercipta kearifan lokal berupa syair yang rasional dan berfaedah seperti Syair lagi, hikayat telah meriwayatkan banyak peristiwa gempa bumi maupun tsunami di berbagai wilayah di Nusantara pada masa lalu. Kearifan lokal tentang fenomena alam ini mewujud dalam berbagai rupa dan tujuan, dari mitos, legitimasi, hingga yang rasional dan bermanfaat; sehingga sebaiknya disikapi dengan arif pula. - Sosial Budaya Penulis Iswara N RadityaEditor Ivan Aulia Ahsan

cerita rakyat yang berkaitan dengan bencana alam gempa bumi