🎲 Pola Hidup Manusia Di Dataran Tinggi Dieng Adalah
Didalam analisis Disusun oleh: Salmani, ST, MS, MT. f86 DIKTAT ILMU LINGKUNGAN dampak lingkungan memang sebaiknya arti dampak diberi batasan: perbedaan antara kondisi lingkungan yang diperkiraan akan ada tanpa adanya pembangunan dan yang diperkirakan akan ada dengan adanya pembangunan.
Umumnya fenomena ini terjadi pada daerah-daerah dataran tinggi, seperti Semeru dan Dieng, seperti yang tergambar dalam unggahan Ganjar. Peristiwa ini dinamai upas karena di balik keunikannya
DATARAN. tinggi Dieng, di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, dikenal sebagai kawasan wisata yang menawarkan pemandangan alam yang indah dengan udara berhawa dingin. Kondisi alam Dieng yang berada di ketinggian 2.000 mdpl, membuat kehidupan masyarakatnya memiliki kehidupan yang berbeda, unik dan khas. Mongen adalah kulit kaki
Contohpola hidup manusia di dataran tinggi adalah - 20335735 watermelon453 watermelon453 06.12.2018 Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama terjawab Contoh pola hidup manusia di dataran tinggi adalah 2 Lihat jawaban Iklan Iklan pingkan2329 pingkan2329 a. Pertanian dan perkebunan, terutama untuk padi, sayuran, teh, kopi, buah-buahan, serta
Bacajuga: Tempat wisata populer di Dieng. Ketinggian rata-rata untuk Dataran Tinggi Dieng adalah 2.000 meter di atas permukaan laut. Dengan suhu udara berkisar antara 6 0 sampai 12 0 pada malam hari dan pada siang hari, suhu udara berkisar antara 12 0 sampai 20 0. Potensi Pertanian Di Dataran Tinggi Dieng
KawasanDataran Tinggi Dieng atau lebih dikenal dengan Dieng Plateu merupakan salah satu wilayah sempit di tengah-tengah Pulau Jawa dengan hutan yang alami, terletak di Provinsi Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng terletak pada beberapa wilayah administratif, yaitu kabupaten Pekalongan, Batang, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, dan Kendal.
Situasiini bisa dilihat dari letusannya yang tak lagi berupa lava, melainkan gas. "Gunung Dieng masuk dalam kategori gunung tua. Itu menjadikan tekanan magma di sini sudah lemah. Ia tidak ada potensi meletus seperti Gunung Merapi atau Gunung Kelud yang meletus di 2014," terang Aziz menjelaskan aktivitas gunung berapi di dataran tersebut.
Denganmengunjungi situs-situs bersejarah di dataran tinggi Dieng ini, kamu dapat mempelajari pola hidup manusia di zaman dahulu yang telah mengenal arsitektur yang sarat akan nilai filosofi dan spiritual. Waktu terbaik untuk berkunjung ke kompleks Candi Arjuna di dataran tinggi Dieng ini adalah saat musim kemarau, sekitar antara bulan Mei
Wartawan Protonema, menyempatkan untuk menelisik langsung ke negeri di atas awan Dien, kabupaten Banjarnegara ini Kamis (23/12) kemarin. Di Kelurahan Sumberejo misalnya, 8 km dari puncak Dieng, masyarakat setempat begitu semangat menghidupkan syiar Sunnah dan Ukhuwah Islamiah terasa indah menyapa.
VAJKRBf. Dataran tinggi Dieng adalah objek wisata yang menarik hati. Ada banyak candi serta tempat asyik untuk dikunjungi demi refreshing. Mulai dari pemandian air panas, savana, sampai menuju gunung tetapi, tahukah kamu kalau dataran tinggi Dieng yang berada di mdpl ini dulunya merupakan gunung besar yang bahkan lebih tinggi dari Gunung Sindoro? Berikut ini beberapa Gunung Dieng merupakan gunung kuno yang sudah pasifPemandangan gunung yang bisa dilihat saat menuju ke Dieng. IDN Times/Abraham HerdyantoKalau kamu pernah berkunjung ke Dieng, kemungkinan besar kamu pernah mengunjungi kawah-kawah yang ada di sana. Mulai dari Kawah Sileri sampai Kawah Sikidang. Keberadaan kawah-kawah ini menunjukkan bahwa Dieng berada di area gunung berapi. Belum lagi masih ada aktivitas letusan di Yuliawan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG Dieng menjelaskan walaupun ada aktivitas gunung berapi tersebut, tidak berarti Dieng berada di kawasan gunung berapi aktif. Situasi ini bisa dilihat dari letusannya yang tak lagi berupa lava, melainkan gas. “Gunung Dieng masuk dalam kategori gunung tua. Itu menjadikan tekanan magma di sini sudah lemah. Ia tidak ada potensi meletus seperti Gunung Merapi atau Gunung Kelud yang meletus di 2014,” terang Aziz menjelaskan aktivitas gunung berapi di dataran tersebut. Diperkirakan pada zaman dulu, Gunung Dieng jauh lebih tinggi dan punya ledakan yang mengerikan. Jika dibandingkan dengan letusan Gunung Merapi pada 2004, yang memiliki volcanic explosion index VE di angka empat, kekuatan gunung Dieng jauh lebih kuat. Hal tersebut diperkirakan dengan ditemukannya spesimen batuan vulkanis milik gunung itu yang ditemukan di Semarang. “Kalau melihat diameter bukit yang mengeliling Dieng, kamu bisa membayangkan sendiri betapa tinggi dan kuat Gunung Dieng ini. Bahkan tingginya bisa melebihi Gunung Sindoro,” terang pengawas aktivitas vulkanik Dieng tersebut. 2. Terdapat monumen bencana alam di sanaMonumen bencana alam yang terletak di Dieng. IDN Times/Abraham HerdyantoDalam artikel situs Gunung Dieng masuk dalam kategori gunung api tipe A, yaitu gunung api yang punya catatan sejarah letusan sejak 1600. Tidak ada sejarah yang detail terkait hal ini, namun terdapat monumen bencana alam di sana yang memberikan catatan aktivitas letusan pada abad monumen bencana tersebut, terdapat catatan mengenai tahun terjadinya bencana, lokasi, bentuk dari bencana tersebut, hingga jumlah korban. Berdasarkan catatan jumlah korban tewas di monumen itu, bencana paling mematikan terjadi pada 1954 di Kawah Sileri yang sampai menewaskan 450 jiwa. Hal itu disebabkan adanya longsor yang membumiratakan satu desa. “Yang paling lama catatan bencana di monumen ini adalah 1776. Catatan itu diambil dari dokumen lama Belanda, membuktikan bahwa di masa lalu Dieng pernah meletus hebat,” ujar Dhimas Ferdhiyanto, guide dari Dieng Travel yang menemani saat menjelajahi Dieng. 3. Mengenang kembali tragedi Kawah SinilaBeberapa kawasan di Dieng yang dilarang untuk disinggahi. IDN Times/Abraham HerdyantoDari seluruh bencana yang tercatat, satu tragedi yang paling dikenang penduduk setempat adalah tragedi Kawah Sinila. Bencana alam yang terjadi pada 1979 ini menewaskan 149 orang. Bukan karena gempa, bukan karena longsor, bukan pula karena letusan lava, melainkan karena tercekik gas penduduk desa Kepucukan merasakan gempa bumi akibat letusan gunung Sinila hingga membuat mereka segera melakukan evakuasi ke arah timur yang morfologi permukaannya lebih tinggi. Saat melakukan perjalanan evakuasi, penduduk desa terjebak akibat terputusnya jembatan di sana akibat lahar Sinila yang desa Kepucukan pun kembali ke desanya untuk berkumpul sementara dan terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok berisi 147 warga memilih mengungsi ke arah selatan yang merupakan pusat keramaian. Mereka tidak tahu bahwa di area tersebut terdapat lembah yang dapat menjebak gas beracun dan tiba di lembah tersebut, para warga mulai tercekik akibat gas beracun tersebut dan tak sadarkan diri. Dua warga Batur yang bersedia menjadi relawan mencoba membantu dan menyelamatkan warga tersebut. Akan tetapi kedua orang itu juga terjebak dan meninggal di sana. Total korban tragedi Kawah Sinila menjadi 149 orang. Baca Juga 11 Orang Pertama yang Sukses Mendaki Puncak Gunung Tertinggi 4. Tak adanya edukasi vulkanologi pada saat itu yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa saat bencana alamPemandangan dari atas Kawah Sikidang IDN Times/Abraham HerdyantoMenurut pengamatan Aziz, tragedi ini terjadi akibat belum adanya edukasi akan bahaya letusan gunung berapi saat itu. “Sebelum tragedi Kawah Sinila, kejadian terakhir terjadi pada 1928. Jauh waktunya dari kemunculan penduduk Kepucukan.” Aziz menjelaskan lebih lanjut bagaimana kemunculan gas beracun itu. Berdasarkan informasi Aziz, letusan gas keluar dari celah-celah yang ada di permukaan tanah. Saat mengalami tekanan dan panas yang tinggi, gas tersebut akan mencari celah untuk keluar. Hal ini yang menyebabkan keluarnya gas beracun. “Untuk sekarang, kita bisa mengetahui titik-titik mana saja yang celah permukaannya lemah dan kawah-kawah itu salah satunya.” Kondisi Dieng saat berkabut di petang hari IDN Times/Abraham HerdyantoSeperti air, gas mengalir dari atas ke bawah. Saat berada di ketinggian, gas-gas beracun itu tentu akan menuruni lereng bukit. Dalam kasus tragedi Kawah Sinila, lembah menjebak dan mengumpulkan gas tersebut. Belum lagi tak ada sinar matahari yang sebenarnya mampu membuaikan dan menetralkan gas beracun alasan mengapa Dieng tak memiliki wisata malam. Tujuannya tak lain untuk menghindari jatuhnya korban jiwa akibat keracunan gas. “Sangat susah membedakan mana yang kabut, mana yang gas beracun. Secara warna pun tak ada perbedaan,” ujar anggota BMKG Masyarakat Dieng hidup di atas dua sistem gunung berapiDiorama dataran tinggi Dieng yang menunjukkan sistem gunung berapi di sana. IDN Times/Abraham HerdyantoPermasalahan bencana alam yang dialami penduduk Dieng bukanlah tanpa sebab. Tidak seperti penduduk gunung lainnya yang tinggal di lereng gunung, Aziz menjelaskan bahwa tempat tinggal penduduk Dieng berada di atas sistem gunung berapi. Itu yang menjadikan mengapa Dieng cukup sering mendapatkan letusan gunung berapi yang ditinggali warga Dieng tak hanya satu, melainkan dua sistem. Satu sistem datang dari Gunung Butak Butaran dan satu lagi dari Gunung Dieng. “Ini yang menjadikan beberapa titik di Dieng ada yang banyak mengalami letusan, sedangkan di titik lainnya tidak. Kalau dilihat, area baratlah yang lebih banyak mengalami letusan.”Permasalahan letusan ini disebabkan oleh tidak stabilnya geotermal pada sistem gunung berapi. Untuk kasus Dieng, ada banyak faktor yang mempengaruhi. Mulai dari aktivitas tektonik guncangan gempa yang besar, longsor pernah terjadi pada 2009 di kawasan Sikidang dan Patak Banteng, serta aktivitas manusia debris pembentukan kebun masuk ke kawah.6. Di sisi lain, hidup di gunung berapi juga menguntungkan wargaPemandangan perkebunan kentang di salah satu area Dieng. IDN Times/Abraham HerdyantoHidup di atas sistem gunung berapi tidak sepenuhnya buruk bagi warga Dieng. Banyak manfaat lain yang didapat oleh mereka. Selain bisa menjadi objek wisata dataran tinggi, penduduk Dieng mendapatkan tanah yang selalu subur dan cukup mudah ditanami berbagai jenis terbukti dengan adanya kebun kentang di area Kawah Sileri. Tak hanya itu, mereka juga mampu menanam buah carica, buah pepaya gunung yang menjadi ciri khas warga Dieng, yang hanya bisa ditanam di beberapa lokasi di dari agrikultur, masyarakat Dieng juga mampu menciptakan wisata pemandian air panas alami. Air panas itu tercipta akibat keberadaan uap panas hasil aktivitas vulkanik di sana. Warga Dieng juga berhasil memanfaatkan uap panas itu sebagai tenaga pembangkit sebagai berkah, entah sebagai musibah, yang jelas warga Dieng hidup beriringan dengan aktivitas gunung berapi. Cobalah pergi ke sana dan mengamati kawah-kawah di sana. Kamu bisa belajar banyak seputar sains di objek wisata tersebut. Baca Juga 4 Gunung di Indonesia yang Letusannya Berdampak ke Seluruh Dunia
- Beberapa hari belakangan ini, Dieng sedang menjadi pembicaraan di media sosial lantaran suhu dingin yang melanda, hingga menimbulkan embun es. Fenomena suhu dingin ini merupakan fenomena alamiah yang pada umumnya terjadi di bulan-bulan musim kemarau, rentang Juli hingga September. Begitu kata Sub Koordinator Bidang Prediksi Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani kepada Tirto, Selasa 26/7. Suhu dingin sebenarnya tidak hanya melanda Dieng, namun di wilayah Pulau Jawa hingga NTT. Fenomena ini, menarik minat para wisatawan untuk mengunjungi Dieng dan menyaksikan langsung embun es dan merasakan dinginnya suhu di sana. Lalu, di manakan letak Dieng dan apa saja rekomendasi wisata di sana? Baca juga Jadwal dan Rangkaian Acara Dieng Culture Festival 2022 Penyebab Cuaca Dingin Hari Ini dan Benarkah Dieng Membeku? Di Mana Letak Dieng? Kawasan Dieng adalah adalah salah satu dataran tinggi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Desa Dieng berjarak sekira 9 km dari ibu kota kecamatan atau 26 Km dari ibu kota Kabupaten Wonosobo. Desa ini terbagi menjadi 8 RT, 2 RW dan 2 Dusun. Seluruh wilayah desa ini berada di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Rekomendasi Wisata di Dieng Ada banyak destinasi wisata yang bisa dikujungi oleh para wisatawan, mulai dari gunung, bukit, kawasan Candi, telaga, dan lainnya. Berikut ini rekomendasinya. 1. Gunung Prau Gunung Prau. foto/IStockphotoBagi Anda para pendaki, pasti sudah tidak asing dengan Gunung Parahu atau yang dikenal dengan nama Prau, yang memiliki tinggi mdpl. Gunung Prau menjadi salah satu tujuan bagi para pendaki dari berbagai wilayah. Gunung ini merupakan tapal batas antara empat kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Pemandangan dan keindahan alamnya, menjadi salah satu daya tarik para wisatawan. Puncak dari gunung Parahu merupakan padang rumput luas yang memanjang dari barat ke timur. Bukit-bukit dan sabana dengan sedikit pepohonan dapat dijumpai pada puncaknya. Gunung ini menjadi salah satu tujuan pendakian utama di Dataran Tinggi Dieng sebagai salah satu spot sunrise favorit bagi wisatawan. Hutan di lereng gunung Parahu yang mengarah ke Kendal dan Batang, merupakan hutan lebat dan terdapat tumbuhan kantong semar pitcher plants endemik Jawa yaitu Nepenthes gymnamphora yang banyak tumbuh bersama dengan pakis resam Glichenia linearis. Di sekitar puncak ditemui bunga edelweiss jawa Anaphalis maxima dan Anaphalis longifolia. 2. Bukit Sikunir Bukit Sikunir. foto/IStockphotoDestinasi lain yang tak kalah menarik utnuk dikunjungi adalah Bukit Sikunir. Dilansir dari laman resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Wonosobo, Bukit Sikunir Dieng adalah bukit kecil fenomenal yang terletak di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng pada ketinggian mdpl. Tepatnya sebelah Timur Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Desa Sembungan sendiri merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Bukit Sikunir sangat terkenal dengan Golden Sun Rise nya yang sangat indah dan memanjakan mata. Waktu yang tepat untuk melihat Golden Sikunir yaitu pada musim kemarau antara Juli hingga Oktober. Pada bulan-bulan ini cuaca jarang mendung dan kabut tidak tebal. Ini adalah waktu terbaik untuk mendapatkan spot warna keemasan Golden Sunrise Sikunir dengan jelas. Cara menuju ke Desa Sembungan tempat Bukit Sikunir berada yaitu bisa dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan sewaan seperti angkot atau ojek. Jarak dari kota Wonosobo ke Dieng memakan waktu sekitar 50 menit dengan kendaraan. Waktu yang tepat untuk melakukan pendakian ke bukit Sikunir pukul dini hari, agar Anda bisa menyaksikan keindahan matahari terbit. Untuk memasuki Kawasan Wisata Bukit Sikunir Anda hanya dikenai biaya tiket masuk hanya per orang. 3. Telaga Warna Telaga Warna. foto/istockphotoTelaga Warna bisa jadi salah satu rekomendasi jika Anda sedang berkunjung ke Dieng. Telaga ini merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Wonosobo. Nama Telaga Warna sendiri diberikan karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga tampak berwarna warni. Telaga Warna berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi yang menambah pesona keindahan alam sekitar telaga warna. Keindahan telaga warna akan lebih terasa jika pengunjung naik ke salah satu bukit yang mengelilingi telaga ini. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga pengunjung tidak dapat menikmati keindahan alamnya. Cara menuju ke Telaga Warna yaitu Anda bisa melewati pusat Kota Wonosobo dengan Jarak sekitar 27 Km dengan waktu tempuh sekitar 40 menit menggunakan kendaraan. Harga tiket masuk ke Telaga Warna yaitu sebesar per orang. Sementara itu untuk retribusi parkir yaitu sebesar untuk sepeda motor dan untuk mobil. 4. Komplek Candi Dieng Candi Dieng. foto/IstockphotoKompleks Candi Dieng adalah salah satu kumpulan candi-candi Hindu yang terletak di kaki pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Mengutip situs Kawasan Candi Dieng menempati dataran pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut, memanjang arah utara-selatan sekitar 1900 m dengan lebar sepanjang 800 m. Kumpulan Candi Dieng ini beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9 ini diduga merupakan candi tertua di Jawa. Kompleks Candi Dieng terdiri dari 8 bangunan. Para ahli memperkirakan bahwa Candi Dieng dibangun melalui dua tahap. Tahap pertama meliputi Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, dan Candi Gatotkaca, diperkirakan dilakukan akhir abad 7 hingga abad 8. Pembangunan berlanjut pada tahap kedua sampai sekitar tahun 780 M. Cara menuju lokasi Candi Dieng yaitu melalui Kota Wonosobo. Jarak dari pusat kota ke Kompleks Candi Dieng yaitu sekitar 24,2 km, dengan durasi perjalanan kurang lebih 1 jam dengan kendaraan pribadi. Untuk akses menuju ke Kompleks Dieng, terdapat 3 jenis angkutan umum yang bisa digunakan oleh para wisatawan, yaitu shuttle bus jurusan Wonosobo-Batur, taksi dna dan jasa ojek. Harga Tiket Masuk Kompleks Candi Dieng Harga tiket masuk ke lokasi Candi Dieng berkisar antara hingga per orang. 5. Kawah Sikideng Landscape Kawah Sikidang, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat 3/8/2018. Kawah Sikidan adalah salah satu kawah yang letaknya paling dekat dengan komplek Candi Arjuna, Dieng. WilanderDestinasi wisata lain di Dieng adalah Kawah Sikideng, yang merupakan lapangan perkawahan di Dataran Tinggi Dieng yang berada paling dekat dengan kawasan percandian Dieng, mudah dicapai, dan dinikmati karena terletak di tanah datar, sehingga juga menjadi kawah yang paling dikunjungi wisatawan. Tapaknya berada di Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara. Posisinya berada di sebelah timur dari Bukit Pangonan, berdekatan dengan Kawah Sibanteng dan Kawah Upas-Luwuk. Harga tiket masuk ke wisata Kawah Sikideng yaitu sebesar Selain ke Kawah Sikideng, pengunjung juga bisa berkunjung ke Candi Arjuna tanpa harus membeli tiket. Cara Menuju Lokasi Candi Dieng Anda bisa berkunjung ke Dieng, melalui Kota Wonosobo. Jarak dari pusat kota ke Kompleks Candi Dieng yaitu sekitar 24,2 km, dengan durasi perjalanan kurang lebih 1 jam dengan kendaraan pribadi. Untuk akses menuju ke Kompleks Dieng, terdapat 3 jenis angkutan umum yang bisa digunakan oleh para wisatawan, yaitu shuttle bus jurusan Wonosobo-Batur, taksi dna dan jasa ojek. Baca juga Tempat Wisata Glamping Buat Liburan Keluarga di Jabar, Jateng, Bali Kompleks Candi Dieng, Harga Tiket Masuk dan Cara Menuju ke Lokasi Mengenal Lokasi Wisata di Belitung, Pantai, Danau, hingga Geosite - Pendidikan Penulis Yandri Daniel DamaledoEditor Yantina Debora
Ilustrasi. Dataran Tinggi Dieng. Foto Domain KBR, Banjarnegara – Top soil atau tanah lapisan atas di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, diperkirakan habis dalam jangka 20 tahun mendatang. Bersamaan dengan habisnya top soil yang merupakan lapisan tanah subur, pola mata pencaharian pertanian masyarakat Dieng pun diprediksi akan mati. Petugas Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung BP DASHL Serayu Opak Progo, Novan Hakim mengatakan, top soil Dieng tergerus lantaran pola tanam yang tak ramah lingkungan atau konservasi. Akibatnya, erosi semakin tinggi. Kini top soil Dieng rata-rata tinggal 40 sentimeter dan semakin menipis dengan cepat. Novan Hakim menyebut, penyebab pertama menipisnya top soil Dieng adalah alih fungsi hutan menjadi tanaman sayuran. Masalah lainnya muncul saat pola tanam tak mengindahkan konservasi, seperti menanam dengan pola memotong kontur tanah untuk menghindari genangan. Dalam jangka pendek, produksi pertanian akan tinggi. Tetapi, pola tanam ini akan menyebabkan laju erosi tanah semakin tinggi. Selain itu, di petani Dieng juga banyak memanfaatkan lahan di tanah miring lebih dari 45 derajat. Padahal, sesuai kaidah konservasi, tanah miring tak layak dan tak boleh ditanami lantaran berisiko tinggi mempercepat degradasi tanah. Dari penelitian yang dilakukan, jenis tanaman yang dibudidayakan tak terlampau berpengaruh terhadap kecepatan erosi tanah. Paling berpengaruh, kata dia, adalah pola tanamnya. “Top soil, di daerah atas, Dieng, itu diprediksi kalau dari segi pertanian, hanya bertahan 20 tahun sampai 30 tahun. Top soil akan habis. Penyebab utama sebenarnya manusia, karena pola budidaya. Kalau penanaman sayur, idealnya itu tidak air tergenang. Memotong alur, untuk menghindari air tergenang. Penanaman memotong alur itu, sama saja membuat lapisan atas bebas,” kata Novan Hakim, Senin 14/10/2019. Lebih lanjut Novan Hakim mengatakan erosi yang tinggi menyebabkan bahaya lainnya, yakni pendangkalan sungai. Sungai dangkal menyebabkan wilayah hilir berpotensi banjir. Sedimentasi atau pendangkalan juga menjadi masalah serius untuk waduk atau bendungan karena bakal mengurangi kapasitas daya tampung air. BP DASHL Serayu Opak Progo bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Dinas Lingkungan Hidup DLH mengedukasi masyarakat untuk mengubah pola tanam agar sesuai kaidah konservasi. Petani juga diimbau menanam tanaman yang tetap menghasilkan secara rutin, tetapi juga bernilai konservasi, misalnya tanaman buah-buahan berkayu keras. Editor Agus Luqman
pola hidup manusia di dataran tinggi dieng adalah